Saya,

 



Nama saya Noven Lukito Hadi Saputro. Saya memiliki hobi menulis dan majelisan. Saat ini saya bekerja sebagai amil zakat di Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah (LAZIS) Al Haromain. Saya bercita-cita untuk membumikan ekonomi islam, memiliki keluarga dan anak-anak yang sholih-sholihah, kemudian meninggal dalam keadaan khusnul khotimah.

 

Menggapai cita-cita tersebut tidaklah mudah. Kita membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berproses. Namun jika dilihat dalam jangka pendek, bukan mudah atau susahnya yang kita cari, tapi kenikmatan dalam menjalaninya.

 

Sebelumnya, saya tak pernah berpikir untuk bekerja di Lembaga Amil Zakat apalagi di Surabaya. Saat SMA saya hampir tidak pernah ke Surabaya. Saat teman-teman saya sudah nonton bioskop dan belanja di salah satu mall di Surabaya, saya hanya mendengar ceritanya saja. Bahkan saya menganggap mereka yang ke mall dan berteman dengan anak-anak Surabaya itu anak pejabat saja, padahal itu juga tidak benar.

 

Lulus SMA, saya menjadi seorang penjaga warnet. Pagi dan siang membantu orang tua berjualan mie ayam. Sore dan malam menjaga warnet. Saat menjaga warnet, saya juga menyempatkan diri untuk daftar test SBMPTN dan belajar di waktu senggang. Qadarullah, berkat wasilah menjaga warnet, saya dapat kuliah di Unair.

 

Saat masuk di Unair, saya sempat canggung bertemu dengan teman-teman di Surabaya. Ada yang baik, ada yang jahat, ada yang oportunis ada juga yang cantik seperti bidadari. Waktu itu saya seperti bayi yang baru lahir, hanya bisa mengikuti alur kehidupan dan pertemanan. Berangkat kuliah, makan sehari 3 kali, pulang kuliah, negerjakan tugas, berangkat lagi.

 

Ternyata seiring berjalannya waktu, saya mengenal berbagai macam organisasi di Unair. Awalnya, saya ingin ikut semua organisasi yang ada di sana. Namun, banyaknya tugas dan kegiatan membuat saya lebih selektif lagi dalam berorganisasi. Akhirnya saya hanya mengikuti organisasi kerohanian islam.

 

Saya semakin aktif di sana dan mengikuti kerohanian islam mulai dari tingkat fakultas sampai tingkat universitas. Saat saya mengikuti pesantren kilat yang diadakan Himpunan Mahasiswa Ekonomi Islam dan Departemen Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair, sempat terbesit di pikiran saya agar suatu saat menaruh anak saya di pondok agar lebih dekat dengan agama.

 

Semester dua saya tidak lagi ngekos karena mahal. Saya memilih untuk pulang-pergi. Ternyata saya diajak teman sekaligus sahabat saya untuk ngontrak bersama. Ternyata di kontrakan tersebut, ada teman saya yang dulunya tinggal di Pesantren Mahasiswa Baitul Hikmah kemudian boyong. Akhirnya, saya banyak-banyak bertanya tentang Pesantren Mahasiswa tersebut.

 

Saya pun mendaftar ke pesma dan tinggal di sana selama 5 tahun. Saat di sana, saya mencoba mendaftar di Lembaga Amil Zakat (LAZIS) Al Haromain sebagai Juru Pungut. Setiap bulan sekali saya keliling Surabaya menjemput donatur. Dari yang awalnya tidak tahu sama sekali tentang Surabaya, akhirnya mengetahui setiap jalan di Surabaya, bahkan mengetahui seluk beluknya.

 

Saya mengikuti badan otonom kerohanian islam yang bergerak di pembinaan anak jalanan. Saya berusaha untuk memberikan solusi terbaik dan pendidikan yang layak untuk beberapa anak jalanan di Surabaya pada waktu itu. Banyak suka dukanya.

 

Lebih lanjut menggeluti dunia sosial, saya mengenal Ki Heru, pendongeng tuna netra sebatang kara yang masih memiliki hubungan dengan Pesantren Mahasiswa Baitul Hikmah. Dari beliau, saya lebih mengerti siklus kehidupan. Bahkan, saya menganggap kehidupan merupakan hal singkat yang perlu disyukuri. Kita tidak tahu kapan kita akan mati, namun setidaknya kita tahu bahwa sekarang dan hari ini adalah waktu untuk keluarga yang kita sayangi.

 

Saat saya bekerja di Lazis Al Haromain dan mengurusi banjir Kalimantan, Ki Heru meninggal dengan tenang. Dia telah bergabung dengan keluarga yang pernah mendahuluinya.

 

Saat ini saya juga aktif di organisasi Nahdlatul Ulama,’ baik itu tingkat ranting, kecamatan maupun Kabupaten. Berproses di organisasi tersebut membuka mata dan hati saya tentang pentingnya bermasyarakat. Masyarakat yang terdiri dari berkelas-kelas bisa menyatu dengan satu pikiran atau atribut yang sama, tinggal bagaimana eksekusinya saja.

 

Saat ini, saya sedang mengambil program magang di lusmodigital. Program ini sangat dibutuhkan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman yang serba digital. Semoga program tersebut dapat mengupgrade diri serta kapasitas saya sebagai seorang penulis yang sedang ingin berkarya di dunia digital.

 


Comments